Total Tayangan Halaman

Rabu, 12 Maret 2014

Perang Pemikiran Vs Pendidikan Berkarakter (Perspektif Seorang Guru) Oleh: Lisa Rosaline SMART Ekselensia Indonesia Miris..mungkin ini adalah sebuah kata yang bisa dilontarkan saat melihat realita keadaan sebagian besar generasi muda Indonesia saat ini. Teknologi yang selayaknya menjadi suatu sarana pengembangan diri, sebaliknya menjadi sebuah bom waktu yang dapat menghancurkan generasi muda secara perlahan-lahan. Bagaimana tidak? Siswa-siswa usia sekolah yang notabene tergolong generasi gadget lebih sering terdiam dan berinteraksi dengan aplikasi media sosialnya daripada bercengkrama dengan teman-teman seusia mereka. Pada awalnya, kebanyakan guru dan orangtua mungkin berpikir bahwa siswa-siswa sekolah akan terbantu menggali lebih banyak informasi positif dari media online. Di sisi lain, dengan adanya dunia online ini siswa-siswa mampu menyerap banyak sekali informasi tapi terkadang tidak bisa menyaringnya sendiri. Seiring dengan perkembangan jaman, pengguna media online tidak terbatas oleh negara. Semua orang di belahan dunia manapun tidak hanya dapat berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari negara yang sama melainkan dengan mudahnya mendapat segala akses interaksi dari belahan dunia yang berbeda. Informasi dan pengetahuan dari dunia Barat dan Timur dapat ditemukan dengan mudahnya oleh para siswa usia sekolah. Hal ini menyebabkan adanya pergeseran nilai-nilai sosial budaya yang menjadi patokan pengembangan karakter pada generasi muda saat ini. Generasi muda Indonesia sedemikian terprovokasinya oleh informasi-informasi dari belahan dunia lain sehingga secara langsung ataupun tidak langsung, secara disadari ataupun tidak disadari berpengaruh terhadap perilaku mereka sehari-hari. Generasi muda saat ini cenderung mengikuti cara berpakaian dan gaya bicara yang sedang trend di media online sehingga mereka juga menciptakan bahasa-bahasa baru agar dianggap gaul. Budaya dan pemikiran Barat merasuk dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari para generasi muda tersebut. Salah satu contoh media online ialah game-game online yang secara tidak langsung mempengaruhi penampilan, pemikiran dan perilaku sebagian generasi muda saat ini. Seringkali juga norma agama,sosial dan susila yang merupakan patokan karakter khas ke-Timur-an kerap kali menjadi abu-abu. Agama hanya menjadi sebuah pelajaran wajib di sekolah sementara aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dilupakan. Kehidupan sosial baik dengan teman sebaya ,teman yang lebih muda atau lebih tua cenderung ditinggalkan karena lebih asyik berinteraksi dengan media online. Sikap cuek, kurang peduli terhadap sesama menjadi suatu hal yang biasa dilakukan. Media online melalui sosial media merupakan sarana komunikasi yang lebih menarik daripada komunikasi verbal secara langsung. Hal ini terbukti dengan banyaknya generasi muda pengguna Facebook dan Twitter. Lebih lanjut,pornografi tanpa memperhatikan norma susila merambah dunia generasi muda saat ini. Tayangan yang belum sepantasnya dikonsumsi seseorang yang dibawah umur bahkan seringkali muncul bersamaan dengan informasi yang berkaitan dengan pendidikan yang akan diakses oleh sebagian besar pelajar. Secara manusiawi, sangat memungkinkan bahwa konsentrasi para pelajar ini akan buyar dengan adanya tayangan tersebut. Tidak ada batasan mana akses informasi yang pantas dan kurang pantas, mana yang penting dan mana yang tidak penting serta mana yang hadir di waktu yang tepat dan kurang tepat. Hal ini secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pemikiran dan sudut pandang mereka tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Bagaimanapun juga, perang pemikiran yang disebabkan oleh media online ini harus segera ditanggulangi. Pendidikan karakter merupakan salah satu vaksin yang dapat menciptakan imunitas terhadap virus perang pemikiran sekaligus obat bagi pemikiran yang sudah terlanjur tercemar. Generasi muda dengan karakter yang baik tidak akan mudah terpengaruh oleh informasi yang terkesan abu-abu atau belum jelas baik atau tidaknya. Demikian juga, generasi muda yang sudah terlanjur terserang virus pemikiran yang kurang baik,akan dapat berubah dengan pendidikan karakter yang baik. Dalam hal penerapan pendidikan karakter, guru dan orangtua merupakan eleman terpenting dalam pembentukan karakter dasar seseorang. Guru dan orangtua harus bisa menjadi model dalam pembentukan generasi muda Indonesia yang merupakan calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Sangatlah disadari bahwa proses pendidikan karakter ini bukanlah suatu hal yang instant oleh karena itu waktu dan kesabaran mendidik dari guru dan orangtua adalah hal yang penting dalam perkembangan karakter generasi muda. Pendidikan berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dunia Timur perlu diperkenalkan secara intensif pada para siswa usia sekolah melalui kata-kata, tulisan, lisan dan bahkan perbuatan. Secara manusiawi, seseorang akan mempercayai apa yang dianggapnya baik atau buruk setelah mendengar,melihat, melakukan dan merasakan dampak kebaikan atau keburukan itu sendiri. Pada dasarnya tidak ada kata terlambat untuk menerapkan pendidikan karakter pada para generasi muda bahkan orang dewasa pun harus terus memperbaiki diri agak memiliki karakter yang baik. Akhirnya, menjadi manusia berkarakter baik dan mengarahkan generasi muda berkarakter mulia adalah sebuah perjalanan tanpa akhir yang berawal dari sebuah ketulusan dari guru dan orangtua.